Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Hiburan, Seni dan Budaya

Buka Mata Hati Penonton, Pentas Teater Braille ‘Ruang Tunggu’ Hadirkan Pengalaman Pertunjukan Tanpa Visual di Malang

Penulis : Redaksi - Editor : Nurlayla Ratri

14 - Oct - 2025, 16:04

Placeholder
Salah satu adegan pertunjukan Ruang Tunggu garapan Teater Braille di halaman Gedung Dewan Kesenian Malang, Kota Malang, Senin (14/10/2025) malam. (Foto: Nurlayla Ratri/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Ruang gelap tanpa cahaya, tabir hitam mengelilingi area pertunjukan. Dialog para pemain bersahutan di panggung membawakan cerita dengan emosi yang utuh. Selama 30 menit pertunjukan, hanya suara-suara: hentakan kaki, pekakas dapur berjatuhan, sesekali musik pengiring, tanpa visual yang memanjakan mata.  

Kita ini makhluk terpinggirkan. Sering tidak diakui, dianggap sebelah mata. Bahkan, sebagian besar mengakui kita antara terpaksa, sebagian besar lagi, ingin menyingkirkan kita dari dunia, menganggap kita ini tidak ada. Apa kau tidak paham itu, hah? 

Baca Juga : Colorfest Graha Bangunan Blitar 2025: Diskon Cat Dulux hingga 10 Persen, Bonus Voucher Belanja Menanti

 

Pertunjukan berjudul 'Ruang Tunggu' garapan komunitas Teater Braille sukses digelar di Gedung Dewan Kesenian Malang, Jalan Majapahit No. 3, Kota Malang, Jawa Timur, Senin (13/10/2025) malam. Pementasan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Tongkat Putih Internasional 2025 dan mendapat apresiasi positif dari sekitar seratusan penonton yang hadir.

Salah satu aktor, Yuda Wirajaya mengungkapkan kebahagiaannya dapat tampil di panggung Dewan Kesenian Malang. Ia menjelaskan bahwa Teater Braille yang telah berdiri lima tahun terakhir dan terus mencari bentuk artistik maupun dramaturgi yang paling sesuai untuk aktor netra. "Sebelumnya kami mengadopsi teater konvensional. Tapi ketika kami di atas panggung memaksakan diri sebagai orang awas atau melihat, itu tidak tepat karena membohongi diri sendiri. Saya gelisah mencari metode yang pas untuk menciptakan pertunjukan yang natural," ujarnya.

Dari kegelisahan tersebut, Teater Braille kemudian mengembangkan konsep baru. Penonton turut 'masuk' dalam pengalaman teman netra. Pementasan dilakukan dalam gelap, membuat penonton mengandalkan dialog, suara, dan musik untuk membangun imajinasi. "Sekarang kami mencoba penonton sejenak diajak menjadi teman netra. Dialog kami kuatkan agar penonton bisa menangkap ceritanya, termasuk musik dan suara agar memunculkan imajinasi yang membangun suasana," tambah Yuda.

Sarasehan bersama sutradara dan para aktor pertunjukan Ruang Tunggu garapan Teater Braille di halaman Gedung Dewan Kesenian Malang, Kota Malang, Senin (14/10/2025) malam. (Foto: Nurlayla Ratri/JatimTIMES)  

Sutradara pertunjukan, Broto Wijayanto menjelaskan bahwa konsep baru ini memang belum umum digunakan. Bahkan, sebagian penonton sempat meninggalkan ruangan karena merasakan sensasi pusing akibat suasana gelap total yang menjadi bagian dari konsep pementasan. Namun, hal itu merupakan bagian dari estetika yang ingin disampaikan.  

"Beberapa penonton keluar karena mungkin pusing, jadi tadi ada beberapa kali kami beri sedikit cahaya, tapi konsep ini menunjukkan estetikanya," ujarnya.

Baca Juga : Warganet Heboh! Muncul Peringatan Excessive Heat di Google Cuaca: Ini Arti dan Penjelasan BMKG

 

Broto juga menceritakan bahwa proses latihan dilakukan dengan metode yang berbeda. Para aktor membaca naskah yang ditulis dalam huruf Braille, kemudian melakukan proses reading melalui voice note. Keterbatasan pertemuan untuk latihan juga menjadi tantangan tersendiri, sebab para aktor berdomisili di daerah yang berbeda, mulai dari Sewon, Bantul Kota, hingga Solo.

"Ini adalah proses, pertunjukan pertama kami lakukan di Jogja dengan masih ada pencahayaan. Di Malang, kami hadirkan konsep ini, tetapi tidak harus seperti ini pementasan teman netra," paparnya.

Salah satu penonton, Didik Broto, menyebut pertunjukan ini sebagai terobosan berani. Ia menilai para aktor tunanetra menunjukkan ekspresi dan keberanian yang luar biasa. "Ini inovasi baru. Teman-teman tunanetra berani mengekspresikan apa yang dirasakan. Biasanya kita menonton teater lewat mata, melihat lighting, panggung, visual, akting. Tapi ini konsep baru, kita hanya bisa mendengar dan merasakan apa yang mereka rasakan. Ini contoh yang patut kita tiru dan apresiasi," ujarnya.

Pertunjukan 'Ruang Tunggu' dari Teater Braille menjadi bentuk eksplorasi artistik yang memperluas cara penonton menikmati teater. Alih-alih mengandalkan visual, penonton diajak merasakan teater melalui suara, dialog, dan imajinasi, sama seperti cara teman netra menikmati pertunjukan.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya ruang tunggu teater braille malang tunanetra tanpa visual pertunjukan teater DKM



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Ponorogo Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Redaksi

Editor

Nurlayla Ratri

Hiburan, Seni dan Budaya

Artikel terkait di Hiburan, Seni dan Budaya