JATIMTIMES - Di tengah hiruk-pikuk perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, ada satu momen yang membuat Asembagus, Situbondo begitu spesial yakni Festival 1000 Nasi Sodu. Festival yang membuat lapangan PG Asembagus berubah menjadi lautan manusia itu menawarkan kuliner khas Situbondo, nasi sodu, yang disajikan gratis dalam porsi ribuan.
Tak heran jika masyarakat berbondong-bondong hadir dalam acara itu hanya untuk menikmati makanan legendaris kabupaten Situbondo.
Baca Juga : 6 Camilan Sehat yang Aman Dikonsumsi Saat Kerja, Enggak Bikin Gemuk
Bagi sebagian orang, nasi sodu mungkin terdengar asing. Namun, bagi warga Situbondo, terutama di wilayah timur, kuliner ini bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari identitas budaya. Yang membuatnya unik adalah cara penyajiannya: nasi putih pulen, kuah santan gurih, potongan ikan tongkol, sayur labu siam, dan sambal terasi pedas, semua disantap dengan 'sodu' sendok sederhana berbahan daun pisang.
Aroma daun pisang dari sodu seakan menghadirkan sentuhan nostalgia. Saat suapan pertama menyentuh lidah, rasa gurih santan berpadu dengan segarnya ikan tongkol dan sengatan pedas sambal terasi. Sederhana, namun meninggalkan kesan yang dalam.
“Rasanya luar biasa, bikin nagih,” ujar Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, yang malam itu turut mencicipi sajian legendaris ini.
Festival 1000 Nasi Sodu bukan sekadar pesta makan. Di baliknya ada misi besar: menjadikan kuliner tradisi sebagai ikon wisata Situbondo. Dengan tema “Situbondo Naik Kelas”, pemerintah daerah bersama masyarakat berupaya mengangkat nasi sodu dari warung-warung sederhana menjadi daya tarik wisata kuliner yang bisa bersaing di kancah nasional, bahkan internasional.
Seperti kata pepatah, makanan adalah bahasa universal. Itulah yang dirasakan Nur Saidah, pedagang nasi sodu asal Desa Bantal. “Biasanya orang luar hanya kenal rawon atau soto, sekarang nasi sodu bisa ikut dikenal. Semoga festival ini rutin digelar agar pedagang kecil makin berkembang,” kata Mas Rio.
Yang menarik, panitia juga menghadirkan sisi modern dari festival ini. Lewat siaran langsung di media sosial, tagar #NasiSoduAsembagus, hingga layanan pemesanan online, nasi sodu tak hanya bisa dirasakan di lokasi acara, tetapi juga menjangkau khalayak yang lebih luas. Bahkan tersedia peta digital warung nasi sodu, lengkap dengan rekomendasi spot kuliner terbaik di Asembagus.
Menyantap nasi sodu bukan sekadar soal mengenyangkan perut, tetapi juga pengalaman budaya. Dari cara penyajian hingga filosofi ramah lingkungannya, kuliner ini mengajarkan kesederhanaan yang penuh makna. Dan kini, nasi sodu sedang menapaki jalan baru: dari meja makan rakyat pesisir, menuju panggung kuliner dunia.
Baca Juga : Prakiraan Cuaca Jawa Timur Senin 18 Agustus 2025, Sejumlah Daerah Diguyur Hujan Ringan
Bupati Situbondo, yang akrab disapa Mas Rio, menutup acara dengan optimisme. “Pada waktunya, nasi sodu akan menjadi ikon kuliner yang mengangkat nama Situbondo. Ini bukan hanya makanan, tapi kebanggaan yang kita bawa bersama," tutup Mas Rio.
Sementara itu, Siti salah satu pengunjung dari Desa Kedunglo, menyampaikan kegembiraannya, sebab makanan favoritnya sejak kecil itu akan segera mendunia.
“Saya sudah makan nasi sodu sejak kecil. Sensasinya berbeda saat dimakan dengan sodu daun pisang, rasanya lebih alami. Kalau bisa, nasi sodu ini harus go internasional," ungkapnya.
Jadi, jika suatu hari perjalanan Anda melewati jalur Pantura menuju Bali, jangan lupa singgah di Asembagus. Cicipi seporsi nasi sodu dengan sodu daun pisang, dan rasakan bagaimana sebuah kuliner sederhana mampu menghadirkan cerita panjang tentang tradisi, rasa, dan kebanggaan.
