Pengelola Kawasan Gunung Bromo Cari Identitas Wisatawan Penerbang Paralayang

Reporter

Tubagus Achmad

Editor

A Yahya

14 - Sep - 2025, 06:23

Tampak wisatawan yang melakukan aktivitas paralayang di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. (Foto: Dok. Tangkapan layar video)

JATIMTIMES - Viralnya video seorang wisatawan yang melakukan aktivitas paralayang di kawasan Bromo menjadi sorotan publik maupun pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Pasalnya, aktivitas paralayang di kawasan Bromo tersebut merupakan pelanggaran terhadap aturan  yang telah ditetapkan, dikarenakan kawasan Bromo merupakan tempat sakral bagi masyarakat Tengger. 

Baca Juga : Puncak Batu Tulis Jadi Pelopor Jalur Pendakian Zero Waste di Pegunungan Kawi

Pranata Humas Balai Besar TNBTS Endrip Wahyutama menyampaikan, pengawasan di kawasan TNBTS saat ini tengah menghadapi tantangan, baik dari sisi kondisi geografis maupun jumlah personel yang terbatas. 

Terkait dengan aktivitas paralayang yang dilakukan oleh seorang wisatawan pada 30 Juli 2025 di Lemah Pasar itu bukan bagian dari kegiatan resmi yang telah berizin dan terdaftar, serta aktivitas paralayang tersebut dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan petugas Balai Besar TNBTS. 

Endrip menyebut, peraturan di kawasan TNBTS telah ditetapkan dan secara terbuka dapat diakses di laman resmi: https://bromotenggersemeru.id/peraturan/bromo. Di mana dalam aturan tersebut di poin empat disebutkan bahwa "pengunjung yang akan melakukan aktivitas khusus di dalam kawasan TNBTS, seperti pengambilan foto/gambar/video komersial termasuk kegiatan prewedding dan/atau aktivitas lainnya, agar menyampaikan kepada petugas dan melakukan proses perizinan sesuai prosedur sebelum memasuki kawasan TNBTS".  

"Paralayang termasuk dalam kategori aktivitas khusus tersebut. Jadi, kami tidak melihat ini sebagai kebobolan, melainkan pelanggaran terhadap aturan yang berlaku di kawasan konservasi TNBTS," ungkap Endrip, Minggu (14/9/2025). 

Disinggung mengenai pemeriksaan terhadap barang bawaan wisatawan di pintu masuk kawasan TNBTS, Endrip mengakui bahwa pemeriksaan barang bawaan tidak selalu dilakukan di pintu masuk. 

"Pemeriksaan barang bawaan secara detail tidak selalu dilakukan di pintu masuk, agar arus kendaraan tetap lancar dan tidak menimbulkan antrean panjang," ujar Endrip. 

Pasalnya, selain faktor aksesibilitas, kunjungan wisata ke kawasan Bromo memiliki tantangan tersendiri. Di mana para wisatawan banyak yang datang dini hari sekitar pukul 01.00 hingga 05.00 WIB untuk melihat matahari terbit. Di tengah kondisi gelap tersebut, jumlah jip yang datang juga cukup banyak dan membuat padat aksesibilitas menuju kawasan Bromo. "Namun, dengan adanya kejadian ini, kami akan terus mencari solusi terbaik untuk memperkuat pengawasan," tutur Endrip. 

Baca Juga : Ribuan Warga Magetan Serbu Andum Berkah Festival Jenang Candi 2025

Sementara itu, disinggung mengenai identitas wisatawan yang melakukan aktivitas paralayang di kawasan Bromo, pihaknya mengaku sampai saat ini Balai Besar TNBTS belum dapat memastikannya. "Kami masih menelusuri informasi melalui rekaman video dan keterangan saksi di lapangan," kata Endrip. 

Oleh karena itu, pihaknya belum memberikan sanksi, dikarenakan masih belum mendapatkan identitas wisatawan yang melakukan aktivitas paralayang tersebut. Selain itu, terkait kronologi hingga dugaan keterlibatan pihak-pihak lain seperti pemandu wisata ataupun penyedia jasa wisata juga harus dipastikan terlebih dahulu. 

"Sebelum bicara soal sanksi, hal pertama yang harus kami pastikan adalah identitas wisatawan tersebut. Siapa orangnya, bagaimana kronologinya, dan apakah ada keterlibatan pihak lain seperti pemandu atau penyedia jasa. Setelah itu, barulah kami bisa mengambil langkah sesuai prosedur yang berlaku," jelas Endrip. 

Lebih lanjut, pihaknya mengimbau kepada seluruh wisatawan yang berkunjung ke kawasan TNBTS dapat mematuhi aturan yang telah ditetapkan. "Kami mengimbaui kepada semua wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara untuk memahami dan menghormati aturan konservasi serta nilai-nilai sakral masyarakat Tengger saat berkunjung ke Bromo," pungkas Endrip.