JATIMTIMES - Galeri Raos kembali menyuguhkan pameran seni unik dari perupa lokal sejak 20 Desember 2025. Kali ini kritik isu ekologis menjadi bahan bakar enam seniman dalam menuangkan karya lukisan.
Enam pelukis yang berpameran yakni Ahmad Saihu, Anwar, Prie Wahyuono, Riyanto, Soegiono, dan Yusfianto. Total ada 57 karya memenuhi galeri pada pameran bertajuk 'Klik' hingga 6 Januari 2026 nanti. Beberapa di antaranya menyajikan tema kerusakan dan bencana alam akibat ulah manusia.
Baca Juga : Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, DKI Jakarta Tertinggi Rp 5,72 Juta
Meski tidak seluruhnya bertema bencana di Sumatra, benang merah kegelisahan sosial dan lingkungan terasa kuat. Selain isu ekologis, sejumlah karya juga menampilkan realitas sosial tentang bagaimana manusia hidup dan menghidupi di tengah perubahan alam dan tekanan zaman.

Seperti lukisan Ahmad Saihu berjudul Tamak, menampilkan wajah seseorang dengan berkalung kelapa sawit. Menunjukkan eksploitasi sumber daya hutan yang beralih jadi perkebunan dengan kecenderungan merusak ekosistem.
"Kalau untuk yang bertema Sumatra dan bencana di sana, itu berangkat dari keresahan," terang Anwar, salah satu pelukis yang turut berpameran.

Ia menyebut beberapa lukisan menampilkan bongkahan kayu yang terseret air bah, simbol rusaknya hutan yang berujung petaka. Kritik juga diarahkan pada ketamakan penguasa.
"Misalnya karya seorang manusia digambarkan menutup mata dan hanya membuka setengahnya, dengan kalung kelapa sawit berukuran besar melingkar di lehernya. Itu gambaran ketamakan pemerintah," ungkap Anwar.
Di sisi lain, karya-karya seniman bernama Riyanto tampil dengan dominasi balutan hitam-putih. Hampir seluruh lukisannya menggambarkan terusiknya kehidupan satwa akibat kebuasan manusia yang menghilangkan hutan.

Salah satunya berjudul Semua Melotot. Di dalamnya memperlihatkan aktivitas hewan di tengah kesulitan, termasuk figur gajah yang mengangkat batang pohon. Itu merupakan metafora eksploitasi yang terjadi belakangan ini.
Baca Juga : Catat Lokasinya, Pos Pam dan Pelayanan Nataru Siap Layani Masyarakat di Kota Malang
"Seniman memang harus peka dan mampu menyampaikan kegelisahannya melalui karya. Seperti mereka ini," tutur dia.
Menurutnya, banyak isu menarik yang bisa dibaca publik dari pameran tersebut. Selain sebagai ruang refleksi, pameran ini juga diharapkan menarik minat wisatawan, baik dari dalam maupun luar kota.
"Kalau libur seperti ini biasanya akan banyak dari luar kota, minimal para kenalan kami," pungkasnya.
