JATIMTIMES - Kepedulian terhadap korban bencana alam di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh terus digelorakan komunitas lintas generasi di Kota Malang. Melalui kegiatan bertajuk Love for Indonesia, Yayasan Pejuang Mimpi Indonesia bersama Komunitas Sahabat Langkah Kecil mengajak anak-anak dan remaja menumbuhkan empati sosial sekaligus beramal sejak usia dini.
Kegiatan yang digelar untuk kali kedua ini mengolaborasikan berbagai komunitas anak, remaja, perempuan, hingga pegiat seni dan budaya. Berbeda dari penggalangan dana pada umumnya, acara ini dikemas kreatif melalui Zumba Charity, penampilan bakat anak dan remaja, serta peragaan busana, yang seluruh hasil donasinya disalurkan untuk korban bencana di Sumatera.
Pengarah Komunitas Sahabat Langkah Kecil Ayu Sulasati menyampaikan bahwa kegiatan ini sengaja dirancang sebagai ruang edukasi empati bagi generasi muda. Anak-anak dan remaja tidak hanya diberi panggung untuk menampilkan bakat, tetapi juga diajak memahami pentingnya kepedulian terhadap lingkungan dan sesama.
“Adik-adik ini kami dorong untuk tetap berkarya, tapi tidak meninggalkan rasa empati. Mereka tampil, mereka beramal, dan mereka belajar peduli sejak sekarang,” ujarnya.
Dalam kegiatan ini, sejumlah komunitas turut terlibat. Di antaranya Yayasan Pejuang Mimpi Indonesia, Komunitas Sahabat Langkah Kecil, Komunitas Berbagi Kebaikan, Saung Anak, Duta Kebudayaan Cilik Remaja Malang, Duta Kebudayaan Malang, serta Putra Putri Remaja Jawa Timur. Dukungan teknis acara juga datang dari pihak kreatif dan industri, meski tidak seluruhnya dapat hadir langsung.
Menurut Ayu, Love for Indonesia merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya bertajuk Love for Semeru, yang juga berfokus pada penggalangan empati untuk korban bencana. Ke depan, kegiatan serupa diharapkan dapat dilaksanakan secara rutin dan menjangkau isu-isu sosial lain yang belum tersentuh.
“Kami percaya jika pendampingan masyarakat dilakukan bersama-sama lintas komunitas, dampaknya akan jauh lebih besar. Potensi anak-anak dan remaja ini luar biasa, tinggal diarahkan,” tambahnya.
Ayu juga menuturkan bahwa gerakan ini dijalankan dengan pendekatan pentahelix, melibatkan unsur pemerintah, perguruan tinggi, komunitas sosial, dunia usaha, dan media. Kolaborasi telah terjalin dengan berbagai instansi, termasuk Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Dinas Pendidikan Kota Malang, serta perguruan tinggi seperti Politeknik Negeri Malang.
Baca Juga : Hari Ibu Diperingati Tiap 22 Desember, Ini Sejarah dan Temanya di 2025
“Kami membiayai kegiatan ini secara mandiri. Karena itu kami membuka ruang bagi masyarakat dan pelaku usaha untuk mendukung. Bukan sekadar donasi, tapi bersama-sama menciptakan ruang pembelajaran sosial bagi generasi muda,” jelasnya.
Selain menggalang donasi, kegiatan ini juga mengajak masyarakat umum untuk terlibat langsung, mulai dari berolahraga bersama hingga menyaksikan karya dan penampilan anak-anak. Harapannya, gerakan empati ini dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi kolaborasi sosial di Malang Raya dan Jawa Timur.
