JATIMTIMES - Penulis asal Malang, Rinda Puspasari sukses meluncurkan buku perdananya berjudul Bertemu Mutiara, Indonesia. Dalam diskusi yang berlangsung hangat di Hotel Tugu Malang pada Sabtu (22/2/2025) petang, buku ini menuai banyak apreasiasi positif. Salah satunya dari Happy Salma, seniman yang kini tengah menggeluti bisnis perhiasan.
Rinda Puspasari mengungkapkan, buku Bertemu Mutiara, Indonesia ini merupakan hasil olah pikiran dan pengalaman yang disusun selama tiga tahun. Selain studi literatur, Rinda juga berkeliling ke pusat-pusat pengembangan mutiara baik di dalam dan luar negeri.
Baca Juga : Makan Bergizi Gratis Untungkan Produsen Taoge di Kepanjen: Setiap Pekan Pasok 45 Kg
Alumni Hiroshima University ini mengaku sejak kecil memang menyukai laut, sehingga selalu mencari kerang saat bermain di pantai. Selain itu, dia juga penyuka perhiasan. Rinda pun turun langsung melihat proses produksi mutiara dari ekosistem alaminya, hingga pusat pembudidayaan mulai di Bali, Lombok dan Jepang.
"Tahun 2018, saya di Jepang ketemu mutiara Indonesia dan harganya mahal sekali. Sejak saat itu, saya mengoleksi mutiara. Hingga 2022, saya merasa mutiara-mutiara ini berbisik 'tulislah saya' dan 400 halaman buku ini tentang mereka," urai perempuan yang tinggal di Karangploso, Kabupaten Malang ini.
Buku ini ditulis dalam tiga bahasa, yakni Indonesia, Inggris, dan Jepang. Bukan hanya soal kegemaran Rinda Puspasari terhadap mutiara, buku ini menceritakan teknologi, sejarah, budidaya, anatomi dan lain-lain. Namun, gaya bahasa sederhana yang dipilih membuat orang bisa mengerti tentang mutiara meski bukan akademisi.
"Buku ini bukan sekadar tentang mutiara, tetapi juga perjalanan, pengetahuan, dan filosofi di baliknya. Saya berharap buku ini dapat mempererat silaturahmi antar pembaca melalui pemahaman yang lebih dalam tentang mutiara," ujar Rinda.
Happy Salma yang sengaja datang ke Malang juga langsung memberikan apresiasi atas terbitnya buku Bertemu Mutiara, Indonesia. Sebagai seorang pegiat perhiasan, Happy mengaku selama ini belum banyak mengetahui soal mutiara.
"Saya nggak pernah baca buku tentang mutiara, ini yang pertama. Buku ini ditulis dengan sangat personal, tetapi kaya sekali dengan ilmu," ungkapnya.
Happy mengaku telah mengenal Rinda selama dua tahun terakhir karena memiliki ketertarikan yang sama di soal perhiasan. Mutiara selama ini menjadi salah satu bahan baku yang banyak digunakan Happy dalam perhiasan produksinya.
Baca Juga : Jadwal Tayang dan Link Nonton Undercover High School Episode 1 dan 2
"Mutiara merupakan salah satu bahan yang kami gunakan, tapi justru saya mengetahui begitu dalam tentang mutiara ini setelah membaca buku Mbak Rinda. Mutiara bercerita dengan sendirinya, berkata dengan perasaan dan pancarannya yang indah seperti lukisan," ungkap owner Tulola Jewelry ini.
Acara ini juga menghadirkan narasumber Prof. Aida Sartimbul yang merupakan ahli oseanografi perikanan dan dinamika ekosistem laut Universitas Brawijaya (UB). Dalam diskusi, Prof. Aida Sartimbul menyoroti perubahan iklim berdampak pada ekosistem laut, termasuk budidaya mutiara.
"Membaca buku ini menemukan banyak sekali hal baru. Meski pengetahuan, tetapi disampaikan dengan cara populer," ungkap Prof. Aida mengapresiasi buku Bertemu Mutiara, Indonesia.
Dalam diskusi juga terungkap bahwa kualitas mutiara air laut masih menjadi standar terbaik di dunia, tetapi perubahan iklim dan faktor lingkungan turut mempengaruhi produksi dan kualitasnya. Selain itu, mutiara merupakan bagian dari budaya banyak negara yang sebagian dituliskan Rinda Puspasari dalam bukunya.
"Dalam budaya Jepang ada filosofi penggunaan mutiara. Mutiara putih itu hanya digunakan dalam prosesi pemakaman sebagai simbol penghormatan tertinggi. Filosofinya adalah menghargai dengan menggunakan sesuatu yang sangat berharga, hanya boleh menggunakan mutiara putih," ujar alumni Nagasaki University ini.